Sebuah cerita mengejutkan datang dari kawasan Malioboro, Yogyakarta. Seorang tukang becak bernama Pak Wiryo mendadak viral setelah meraih Rp82.500.000 dari pola hoki Kambojabet yang ia mainkan sambil mendengarkan lagu-lagu dangdut Pantura vibrant. Keberhasilan ini langsung ia manfaatkan untuk melakukan upgrade usaha becaknya menjadi layanan wisata ramah wisatawan dengan sentuhan modern.
Pak Wiryo dikenal di kalangan wisatawan karena becaknya selalu dihiasi ornamen warna-warni dan musik dangdut yang tak pernah absen. Lagu-lagu seperti "Cinta Sabun Mandi" dan "Wes Tatas" selalu menemani aktivitasnya dari pagi hingga malam. Di sela menunggu penumpang, ia memanfaatkan waktu untuk bermain Kambojabet, dan saat irama musik semakin cepat, tangannya pun menyesuaikan dengan pola spin yang ia jalankan.
"Saya cuma nyoba-nyoba, sambil goyang kecil di becak, spin-nya saya sesuaikan sama musik. Ndilalah scatter-nya keluar terus," ucap Pak Wiryo dengan logat khas Jawa. Ia menyebut bahwa dirinya tak pernah serius mengejar kemenangan besar, hanya mencoba pola sederhana yang ia rasa cocok dengan alur musik Pantura yang menghentak.
Pola ini ia temukan setelah mencoba berbagai kombinasi sembari memutar lagu-lagu berirama cepat. Ia menekankan bahwa pola yang ia jalankan harus sinkron dengan suasana hati dan ritme lagu agar hasilnya maksimal.
Begitu hasil kemenangan masuk ke rekeningnya, Pak Wiryo langsung menyervis total becaknya. Jok diperbarui, speaker ditingkatkan, dan sistem pembayaran dibuat QRIS-ready. Tak hanya itu, ia juga memasang pelindung hujan otomatis serta banner wisata kecil untuk memperkenalkan rute-rute budaya khas Jogja.
"Becak saya sekarang bisa buat tur keliling batik sama kuliner, ndak cuma nganter doang," katanya dengan bangga.
Wisatawan mulai tertarik dengan konsep baru becak milik Pak Wiryo. Mereka menyebutnya sebagai "becak karaoke" karena bisa request lagu dangdut sambil berkeliling kota. Komunitas tukang becak pun mulai ikut terbuka dengan ide pembaruan, bahkan beberapa mulai belajar digitalisasi pembayaran dari Pak Wiryo.
"Pak Wiryo ngasih contoh, becak tradisional bisa naik kelas tanpa ninggalin jati diri," kata Mas Joko, rekan becaknya yang dulu sempat pesimis dengan perubahan.
Bagi Pak Wiryo, musik dangdut Pantura bukan hanya untuk bergoyang, tapi juga jadi alat bantu untuk menjaga ritme spin. Ia merasa beat cepat membantu mengatur tekanan tombol dan mencegah kesalahan saat bermain. Musik itu juga membuat sesi permainan terasa ringan dan tidak membebani pikiran.
Kisah Pak Wiryo menjadi bukti bahwa siapa pun bisa bangkit jika berani mencoba. Dari tukang becak yang dulu hanya mengandalkan penumpang musiman, kini ia menjadi pelopor becak digital penuh warna dan musik. Pola hoki Kambojabet dan irama Pantura vibrant telah menjadi bagian dari perjalanan rezekinya yang terus berputar membawa perubahan nyata.